Dear UN...,
Kau bukanlah satu-satunya alat ukur untuk mengetahui siapa kami.. Kecerdasan kami beragam, bukan hanya akademik. Ada olahraga, seni, dll. "Berhasil" dalam ANGKA bukanlah patokan suksesnya masa depan kami..
Buat apa nilai baik kalau moral atau karakter anak bangsa bobrok. Ketidakjujuran, kemunafikan kami dengar dimana-mana. Terbukti dari banyaknya oknum negarawan yang mengkorup uang rakyat.
Kami anak bangsa rindu teladan yang sederhana, dalam sikap, kata dan cara hidup. We need a good 'Role Model'.
Kami tidak butuh UN. Kalaupun ada kami harap engkau datang dengan lebih ramah dan santun. Yang diselenggarakan oleh sekolah masing-masing. UN sangat tidak adil bagi kami terutama yang tinggal di pulau-pulau tak bernama "blusukan" (pinjem istilahnya Pak Jokowi).
Kalau harus menggunakan alat ukur/standar yang sama yaitu UN, sekali lagi ini tidak adil. Kerja keras kami selama bertahun-tahun sekolah hanya ditentukan dalam 4 hari.
UN..
Hadirmu begitu arogan hingga membuat kami tertekan, kaku, bisu!
Salam.
Laras persembahkan untuk sahabat se Tanah Air. Always be positive, keep spirit, dan ingat kalian semua sangat berharga.. :)
setuju banget sama kamu laras :D
ReplyDeleteemng kamu kls brp sih ras
ReplyDeleteaku nanya gk pernah di bls
yoi ras, UN tahun ini berantakan banget ya :-/
ReplyDeletetapi di sisi lain, UN masih dibutuhin, tapi bukan buat standar kelulusan, akan lebih baik kalo UN dipake buat mengukur Pemerataan Pendidikan, biar pemerintah bisa evaluasi daerah mana yg pendidikannya belum merata, kenapa bisa begitu, dst. Kalo UN dipake buat standar kelulusan, ya seperti yg kamu bilang itu, sekolah bertahun-tahun ditentukan cuma 4 hari, gimanaaaa gitu ya :-/
cocok..
Delete